Rupiah Terkuat Di Asia Dollar Mulai Melemah - Berita Go

Breaking

Rabu, 29 April 2020

Rupiah Terkuat Di Asia Dollar Mulai Melemah



Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.295 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Rabu (29/4) sore. Posisi ini menguat 150 poin atau 0,97 persen dari Rp15.445 per dolar AS pada Selasa (28/4) sore.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.415 per dolar AS atau menguat dari Rp15.488 per dolar AS pada Selasa (28/4).

Rupiah memimpin penguatan mayoritas mata uang Asia dari dolar AS. Penguatan juga dirasakan oleh rupee India 0,68 persen, won Korea Selatan 0,52 persen, dan ringgit Malaysia 0,47 persen.

Kemudian, peso Filipina 0,33 persen, yen Jepang 0,33 persen, dolar Singapura 0,23 persen, baht Thailand 0,18 persen, dan yuan China 0,09 persen. Hanya dolar Hong Kong yang stagnan dari mata uang Negeri Paman Sam.

Mata uang utama negara maju juga kompak berlabuh ke zona hijau. Rubel Rusia menguat 0,64 persen, dolar Australia 0,58 persen, euro Eropa 0,44 persen, dolar Kanada 0,42 persen, franc Swiss 0,33 persen, dan poundsterling Inggris 0,12 persen.

Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS tersungkur dari mata uang lain di dunia karena besarnya sentimen negatif yang mewarnai pasar keuangan negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.

Pertama, sentimen negatif datang dari ekspektasi pelaku pasar yang melihat bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve tidak akan memberikan stimulus baru dalam waktu dekat untuk merespons dampak dari tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona atau Covid-19.

"Tidak ada harapan The Fed akan mengubah kebijakan," ujar Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Rabu (29/4).

Kedua, sentimen negatif datang dari jumlah kasus virus corona di AS yang mencapai 1.012.583 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 115.936 orang sembuh dan 58.335 orang meninggal dunia.

Hal ini menjadi sorotan pelaku pasar karena pemerintah justru ingin membuka penutupan akses wilayah (lockdown) di sejumlah negara bagian. Ketiga, data ekonomi AS belum juga memunculkan tanda-tanda perbaikan, seperti tingkat kepercayaan konsumen dan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan jatuh ke minus 4 persen.

Keempat, harga minyak mentah WTI masih cukup rendah di kisaran US$14,25 per barel, meski sudah membaik dari kontraksi terdalam pada pekan lalu. Sementara dari dalam negeri, Ibrahim melihat rupiah mendapat sokongan dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka penekanan pandemi corona.

"Kondisi pandemi di DKI Jakarta mulai menurun, mengindikasikan kemungkinan PSBB di awal Juni akan dilonggarkan dan diikuti provinsi lain, sehingga perekonomian kembali berjalan lagi. Ini membuat arus modal asing yang membanjiri pasar valas dan obligasi," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages