Bangladesh Lockdown Pengungsian Rohingya untuk Cegah Corona - Berita Go

Breaking

Jumat, 10 April 2020

Bangladesh Lockdown Pengungsian Rohingya untuk Cegah Corona



Beritago-- Pemerintah Bangladesh memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) di distrik Cox's Bazar, yang berbatasan dengan kamp pengungsian lebih dari satu juta etnis Rohingya, sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona.

Pejabat setempat mengumumkan hal tersebut pada Kamis (9/4) kemarin. Para ahli telah memperingatkan bahwa penyakit ini dapat menyebar dengan cepat. Meski belum ada kasus infeksi yang dikonfirmasi di kamp-kamp pengungsian, tetapi satu kasus telah terjadi di dekat wilayah tersebut.

Kasus virus corona di Bangladesh saat ini berjumlah lebih dari 200, dengan 20 kematian. Para pejabat pun memerintahkan penutupan distrik itu mulai Rabu (8/4) malam.

Berdasarkan arahan pejabat setempat, area itu akan ditutup sepenuhnya, tak ada akses keluar ataupun masuk, sampai situasi membaik.

Pihak kepolisian dan tentara juga telah memasang penghalang di jalan-jalan utama di distrik itu, yang berpenduduk sekitar 3,4 juta orang termasuk pengungsi Rohingya. Pihak berwenang juga melakukan patroli di dalam dan di sekitar kamp selama masa lockdown tersebut.

Komisioner pengungsi, Mahbub Alam Talukder, mengatakan bahwa pembatasan gerakan terhadap pekerja bantuan juga telah diberlakukan.

"Hanya pasokan makanan darurat dan layanan medis yang dapat terus bekerja di kamp-kamp dengan menjaga kehati-hatian," katanya kepada AFP.

Dia menambahkan siapa pun yang memiliki sejarah perjalanan ke luar negeri baru-baru ini juga akan dicegah memasuki kamp-kamp sampai mereka menyelesaikan masa karantina.

Lebih dari 740 ribu Rohingya melarikan diri dari kejaran militer Myanmar pada 2017, dan bermukim di kamp-kamp pengungsi Cox's Bazar yang kumuh.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para aktivis telah menyatakan keprihatinan bahwa kamp-kamp tersebut banyak beredar informasi yang keliru tentang pandemi COVID-19, karena larangan akses internet yang diberlakukan sejak September lalu.

Puluhan ribu Rohingya sempat terbangun di tengah malam bulan lalu untuk ibadah salat malam, setelah desas-desus menyebar bahwa upaya itu dapat menghentikan penyebaran virus.

Lembaga pemantau hak asasi, Amnesty International, telah memperingatkan bahwa informasi dasar yang akurat tentang penyakit ini gagal menjangkau banyak pengungsi di kamp Rohingya.

Badan yang mengurus pengungsi menyatakan telah meminta pemerintah Bangladesh untuk menghapus pembatasan internet tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages